Oleh: Asep Kamaludin, Sip
Isra’ Mi’raj atau yang sering disebut dengan Al-Isra wal Mi’raj merupakan peristiwa yang melekat dengan kerisalahan Nabi Akhiruzzaman (akhir zaman) Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam perjalanan sejarahnya.
Isra’ dan Mi’raj diabadikan di dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ ayat 1 sebagaimana Allah berfirman yang artinya, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang Allah telah memberkahi sekelilingnya supaya Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya, Allah sungguh Maha Mendegar dan Maha Melihat”.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu terjadi sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Ada banyak pandangan dan beda pendapat soal tahun persis dari Isra’ dan Mi’raj itu, tetapi poin pentingnya adalah peristiwa ini merupakan mukjizat sekaligus tanda dari kerisahalahan Nabi Muhammad SAW.
Isra’ yakni Nabi diperjalankan oleh Allah dari Mekkah Masjidil Haram ke Baitul Maqdis dan Mi’raj, Allah Memir’rajkan (menaikkan) Nabi Muhammad SAW sampai ke Sidratul Muntaha ditempat yang tertinggi dimana Rasulullah bertemu dengan Allah SWT dalam lingkup kekuasaan Allah
Isra’ dan Mi’raj memiliki banyak dimensi dan makna bagi kita kaum muslimin yaitu yang pertama tentu Isra’ dan Mi’raj itu menguji keimanan orang Islam. Waktu itu Abu Bakar Ash-Shiddiq orang yang pertama kali mempercayai Nabi menjalankan Isra’ dan Mi’raj karena bagi Kaum Quraisy peristiwa yang tidak bisa mereka pahami bahkan Nabi Muhammad dianggap berbohong. Bagaimana mungkin dalam satu malam Nabi bisa berjalan dari Mekkah ke Baitul Maqdis kemudian juga Mi’raj sampai ke Sidratul Muntaha. Mereka menganggap Nabi Muhammad mengada-ada, tetapi Abu Bakar Ash-Shiddiq mempercayai sebagai bentuk dari keimanan.
Kedua, bahwa Isra’ dan Mi’raj adalah merupakan wujud dari mukjizat dan anugerah Allah untuk Muhammad dalam mengemban risalahnya. Kita tahu ketika Isra’ dan Mi’raj saat itu Nabi mengalami Am al-huzn (tahun kesedihan), beliau ditinggal oleh Siti Khadijah RA istri tercinta yang begitu lama mendukung dan berada disamping Nabi, orang yang paling dicintainya dan paling membela perjuanganya.
Nabi juga ditinggal oleh Pamannya Abu Thalib yang selalu membela bahkan disaat Nabi terancam dan diancam jiwanya oleh Kaum Quraisy, Abu Thalib lah yang membela Nabi. Setelah keduanya wafat Nabi merasa sedih dan itu wajar sebagai manusia. Disaat seperti itulah Allah meng-Isra’kan Nabi dan Me-Mi’rajkan Nabi sebagai bentuk perjalanan ruhani yang terdalam dan melampaui akal pikiran dan mungkin melampaui kebiasaan manusia.
Dengan kesabaran kesungguhan Nabi maka Isra’ dan Mi’raj merupakan tonggak bagi Nabi untuk terus berjuang membawa risalah Islam.
Ketiga, dengan Isra’ dan Mi’raj semakin memperkokoh kebenaran risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dari Isra’ dan terutama Mi’raj Nabi membawa perintah sholat dan lebih dari itu juga lewat Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad menunjukan satu hal kepada umat Islam. Beliau tidak cukup menikmati perjalanan ruhani untuk bertemu dengan Allah dalam lingkup kekuasaan Allah bukan dalam nalar manusia. Yang boleh jadi mungkin dalam spirit orang-orang yang sebutlah mereka ingin mencari hidup zuhud dan wara’ dan berada dalam spiritualitas tassawuf dia akan cukup berhenti disitu.
Tapi Nabi tidak, Nabi kembali lagi ke bumi mengeban risalah Islam dengan segala dinamika perjuangan dan tantanganya Nabi hadir untuk membawa peradaban dan membangun peradaban Islam. Alhamdulillah setelah itu Nabi hijrah ke Yatsrib (Madinah) selama 13 tahun dan total selama sekitar 23 tahun akhirnya terbukti risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Akhiruzzaman membangun puncak peradaban Al-Madinah Al-Munawarah (kota peradaban yang cerah mencerahkan) yang lahir dari Islam.
Dari sinilah maka ketika kita memperingati Isra’ dan Mi’raj kita tidak cukup hanya mengenang sejarah Isra’ dan Mi’raj itu tetapi jadikan sebagai spirit ruhani untuk kita seluruh umat Islam mewujudkan Islam sebagai risalah akhir zaman yang membangun peradaban Al-Madinah Al-Munawarah
Peringatan Isra Mi'raj tahun 1443 Hijriyah atau tahun 2022 Masehi ini kemungkinan berlangsung di tengah masih belum meredanya pandemi Covid-19. Cobaan bangsa ini juga lebih berat lagi karena bencana alam turut mengiringi pandemi.
Peringatan Isra Mi'raj tahun, semoga bisa menjadi pengingat dengan mengambil hikmah peristiwa tersebut, yaitu dengan memperbaiki dan menegakkan shalat bagi kaum Muslimin. Diharapkan, dengan ditegakkannya shalat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Kemaksiatan-kemaksiatan segera ditinggalkan agar pandemi dan bencana alam segera berlalu dan keberkahan dapat diraih.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.