Oleh : Vera Verawati
Kepanikan dicipta, kegelisahan dibuat. Biar mereka kocar-kacir kian terpinggir. Perlahan dimulai parit-parit berbau anyir, buat suara-suara dengung yang memekakan telinga. Ketika bingung yang mencekik maka hati itu di butakan, keadaan sebagai alasan.
Anak-anak perempuan tercecer di kamar-kamar gelap, di ruang-ruang terkungkung yang menyediakan seperangkat tiket TKW, sudah tak lagi berharga raga yang dulu bunda timang sepenuh kasih sayang, kini terbuang, dibuang, di tumbalkan.
Sepandangan saja ibu tak pernah tahu apa yang dibuat anak perempuannya, yang dia bisikan adalah doa-doa gagah yang terus tengadah. Dan ayah yang bekerja seadanya, ada yang seumur hidupnya bangga menganggur, sedang anak perempuannya jadi penghibur.
Wahai langit yang terus bersaksi atas ketimpangan-ketimpangan, kebijakan basa-basi yang mengalirkan subsidi pada orang-orang yang tak pernah kekurangan ASI, sedang mereka mengabaikan tangan yang tak pernah di bawah, menggelepar menjadi petarung di ujung haus dan lapar.
Bocah-bocah lusuh dengan ingus dan luka memar di segaris pori-porinya, kehilangan masa kecil yang di sembunyikan pada karung-karung harapan. Pada botol-botol tuak dari kaca anti peluru, dan orang-orang yang takut maut tersenyum kecut dari balik spion mercy.
Nyanyikan balada bayi-bayi dalam plastic, yang dibuang bapaknya atau bahkan ibunya sendiri. Demi menghapus jejak sesat. Mereka terus mencipta pesta berwarna kelabu, tanpa kembang api atau bunyi petasan kemerdekaan atas hak kemanusiaan yang adil dan beradab.
Entah di mana ?
Letak kesetaraan dan pemerataan
Mungkin pada jalan-jalan yang di bangun hari ini dan di tambal esok harinya.
Kuningan, 160222
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.