Isra’ dan Mi’raj merupakan mukjizat besar yang diberikan kepada Nabi Muahammad saw. sebagai utusan terakhir . Begitu banyak penjelasan yang disampaikan oleh para ulama di dunia ini , namun yang paling penting adalah bagaimana kita umat Islam memaknai peristiwa besar itu sebagai sebuah pelajaran berharga yang bisa dijadikan sebagai pijakan dalam menapaki kehidupan pada masa sekarang ini dan yang akan datang
Isra’ dan Mi’raj itu terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian Muhammad SAW. Pada bulan Rabiul Awal di mana pada tahun itu juga beliau ditinggal wafat oleh istri tercinta Khadijah ra. Sebaik-baiknya pendamping dan pendukung misi dakwah Rasulullah SAW.
Dan di tahun itu juga setelah Khadijah wafat paman beliau Abu Thalib meninggal . Meskipun beliau meninggal dalam kekafiran namun beliau adalah termasuk sebaik baik pembela Rasulullah dalam menghadapi tekanan orang-orang musyrik Quraisy .
Jumlah umat Islam saat itu masih bisa dihitung dengan jari yaitu kalangan keluarga dan orang-orang terdekat dengan Rasulullah. Secara manusiawi Rasulullah SAW sungguh telah kehilangan pendukung dan pembela dalam menyokong penyebarkan misi besar yaitu menyebarkan Dinul Haq Al Islam… Namun beliau masih memiliki harapan dicarilah usaha lain dengan mencari perluasan dukungan masyarakat karena beliau mengkhawatirkan masa depan keberlangsungan dakwah Islam itu sendiri .
Maka beliaupun pergi ke Thaif berharap dukungan dakwah dari penduduknya, namun yang terjadi sebaliknya beliau ditolak bahkan dilempari batu samapi dua kaki beliau berdarah.
Di saat minimnya dukungan dan sokongan di situlah ujian kesabaran seorang rasul , maka beliau dengan ketulusan hati mengadukan kelemahan beliau mengadukan kepada Allah dengan doa yang terkenal : " Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu."
Berkat kesabaran , ketulusan dan ketawakalan Rasulullah SAW, Allah berikan kado yang hebat yang berupa tiket Isra’ dan Mi’raj yang merupakan tanda kenabiannya .
Sebuah pelajaran yang berharga bahwa satu misi suci bila dilakukan dengan penuh kesabaran , ketulusan dan ketawakalan tentu akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Yang kita maksud kesabaran adalah sabar menghadapi ujian dan cobaan dalam berjuang mengemban misi kebaikan , ketulusan adalah keikhlasan hanya mengharap ridha Allah SWT. Yang tentunya mengedepankan kepentingan umat dari pada ambisi dunia untuk kepentingan pribadi .
Dalam kehidupan bermasyarakat , ber politik dsb. bisa saja antar oknum melakukan cara-cara yang jauh dari sifat ikhlas yang hal itu akhirnya tidak mengantarkan mereka kepada esensi tujuan perjuangan yang sebenarnya.
Isra’ dan Mi’raj merupakan pelipur lara buat Nabi Muhammad saw dan dalam perjalannya itu beliau akan menerima tugas besar yaitu perintah melaksanakan peintah salat wajib lima waktu dalam sehari semalam untuk beliau dan umatnya.
Kejadian Isra’ dan Mi’raj murni adalah ujian dari Allah untuk orang-orang beriman sejauh manakah keimanan mereka. Tidak sedikit umat Islam pada saat itu goncang terlebih lebih ejekan orang-orang kafir Quraisy dan tuduhan bahwa Muhammad telah gila.
Karena dengan logika mereka bahwa bagaimana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu ke langit tujuh ditempuh dalam satu malam? Bagi orang beriman tentu meyakini bahwa Allah mampu melakukan apa saja seperti menciptakan alam semesta ini termasuk di dalamnya umat manusia yang akal mereka belum mampu mengungkap seluruh rahasia ciptaan-Nya padahal mereka diperintah untuk memikirkannya agar mereka percaya akan keberadaan-Nya dan ke -Maha Esaan-Nya .
Oleh karena itu pantaslah sahabat nabi terdekat Abu Bakar dijuluki Al Shiddiq karena keteguhan imannya percaya tanpa keraguan disaat sebagian orang -orang Islam tergoncang atas kejadian Isra’ dan Mi’raj .
Perintah Shalat Lima Waktu disamping sebagai perintah wajib tapi juga merupakan Mi’raj seorang muslim tatkala menghadapi berbagai masalah. Sebesar apapun masalahnya untuk mengadu kepada Allah.
Coba bayangkan tatkala Rasulullah Mi’raj ke langit ketujuh tentu melihat bumi yang kita pijak ini begitu kecilnya dengan berbagai masalahnya yang bagi Allah adalah kecil dan mudah, maka tentunya kita harus minta solusi kepada Dzat Yang Maha Agung , Maha Serba Bisa dan Maha Kuasa yaitu Allah SWT. karena alam semesta dengan mudahnya Dia ciptakan .
Isra’ dan Mi’raj mengajarkan kepada kita agar teguh pendirian dalam memegang prinsip Islam, sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. Dan sabar berpegang teguh dengan prinsip Islam dan melaksanakan syare’atnya akan mengantarkannya kepada kebahagiaan di dunia dan akherat dan hal itu merupakan title “ ubudiyah “ ( penghambaan ) sejati bagi setiap seorang muslim .
Di dalam Al Qur’an Allah memberikan sebutan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan sebutan kata “abdun”
" سبحان الذي أسرى بعبده ليلا "
Abdun artinya hamba, berarti titel abdun adalah titel yang paling mulia di sisi Allah SWT. tidaklah hal itu bisa dicapai seseorang kecuali mendapat taufik dari Allah swt. Allah berfirman :
(وَلَوْلَا أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا ) الإسراء (74)
Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,
Isra’ dan Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa Masjidil Aqsha yang diberkahi harus mendapat perhatian dari umat Islam karena ia telah diabadikan namanya oleh Allah SWT. Yang sementara ini dengan kondisi politik global se dunia umat Islam dalam suasana diuji dengan cobaan untuk tidak diberikan kesempatan oleh penjajah Zionis untuk memberikan perhatian mereka terhadap Masjidil Aqsha .
Perjalanan Isra’ dan Mi’raj mengukuhkan sebuah hubungan sejarah secara fisik dan secara langsung sebuah pergulatan keagamaan diakui atau tidak diakui oleh dunia , karena apa yang terjadi nampak jelas bagaimana pengrusakan dan penghancuran yang dilakukan penjajah Ziaonis dan para pendukungnya yang membuat Masjidil Aqsha dalam ancaman besar . Sungguh dosa besar bila umat Islam lalai akan perhatian mereka kepada Masjidil Aqsha . Semoga Allah menyelamatkan Masjidil Aqsha dari tangan-tangan kotor . Wallahu ‘a’lam bishawab .
Penulis: Maksudi Nawawi, Lc
Guru Pendidik Madrasah Aliyah .
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.