Vera Verawati
Degup jantung serasa terhenti, peluh deras membanjiri. Zig zag, lurus atau silang dengan kode yang tak terbaca. Nyawa seperti telur di ujung tanduk, antara senyum dan meringis sukar dibeda. Hidup dan kehidupan ada dalam satu keputusan.
Langkah tersesat, gambar itu sandi kematian. Salah berpijak maka dua tiga kepala terpenggal. Entah apa yang terpikir di otak, saat jerat dipasang, bukan lagi seekor macan yang terkekang, tapi teriak bocah-bocah dengan wajah hangus terbakar.
Langit menghitam, abu peperangan menguarkan aroma mayat. Tubuh-tubuh terpotong tak berbentuk bergelimpangan. Tangis itu tidak hanya milik yang kehilangan, bahkan dunia ikut merintih tertahan. Dadanya sesak oleh pilu berkepanjangan.
Detektor-detektor seperti bola bekel, menggelinding atau terbenam tanpa tanda. Sebagian tangan bermain asik dengan maut, sebagian lagi sembunyi di lorong-lorong bawah tanah. Mencoba melarikan diri dari kematian yang menyakitkan.
Siapa korban, siapa pemangsa. Tak lagi ada waktu untuk merunut asal muasal cerita. Sejarah telah diobrak-abrik. Alur kehidupan sesuka hati dipermainkan segelintir tangan-tangan bermoncong ganas, bertaring tajam.
Cakar-cakar mencengkram tanpa perasaan. Atas nama idealisme atau hanya bagian dari alat untuk terwujudnya sebuah dinasti baru. Antara manusia yang benar-benar manusia tak mudah terdeteksi. Begitu pandai mereka memakai topeng beraneka rupa.
Langit makin berwarna hitam, sepetak tanah diperebutkan. Entah untuk apa? Tak cukup luaskah bumi ini hingga berebut sekotak peti mati. Atas nama kebenaran yang dikaburkan. Membiarkan bayi-bayi mati tanpa suara tangisan.
Redam, seperti satu dua jaring halus penentu. Biru, merah atau hitam. Salah terputus maka mengelinding kedua bola mata ke semak belukar. Mari menghitung langkah, agar tak lagi salah. Atau masih belum puaskah.
Menunggu hingga bumi benar-benar punah. Oleh keserakahan yang kau sebut peradaban. Kekuatan mana lagi yang kau jagokan, tak sampaikah titik akalmu pada satu kenyataan yang tak tersembunyikan.
Bahwa hidup dan kematian adalah dua hal tak tertolak, dan hanya Dia penentu atas apa yang ada di muka bumi. Danger dengan bendera tengkorak bersilang, kali ini akan terpasang dimana? Dan berapa banyak lagi yang hilang tanpa nisan.
Kuningan, 270522
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.