Tulisan sebelumnya: Menyambut Cahaya (02) : Hati yang Bening adalah Sumber Kebahagiaan
Eli Solihati
Pengajar SDIT Riyadlul Huda
Kuningan
Marah itu bisa merugikan diri dan orang lain. Banyak hal yang bisa menjadi penyebab rasa marah datang. Marah memang sifat manusia, eh manusiawi asal jangan keterusan, apalagi keseringan,itu bisa berbahaya kata pakar kesehatan. Ada banyak kondisi menyebabkan orang marah, mungkin keinginan yang tidak tercapai, banyak problem yang tidak selesai, anak yang rewel, pasangan yang bawel (oh....bisa juga ya...)
Semua itu adalah sedikit saja di antara yg bisa buat seseorang menjadi marah. Namun intinya rasa marah bisa saja datang kepada siapa saja, tapi hendaknya kita bisa menahan nya, atau meminimalkan nya. Untuk sebagian orang, bisa jadi melampiaskan marah itu adalah hal yang membuat lega, namun adalah anjuran dari Rosululloh dalam hadisnya bahwa orang yang bisa menahan rasa marahnya baginya akan mendapatkan kemuliaan Syurga....masyaaAlloh....
Marah memang membuat seseorang berubah, dari nada bicaranya, suaranya, degup jantungnya, bahkan wajahnya, yang semula rupawan, seakan hilang dan jadi menakutkan. Ketika marah, orang cenderung melakukan hal2 yang tidak sepantasnya, kala marah akalpun menjadi sirna inilah yang jadi penyebab rusaknya akal seseorang, dia tidak akan bisa berfikir jernih, mengambil keputusan yang baik atau bijak, dan cenderung akan melakukan hal yang sebaliknya. Apalagi untuk seorang yang punya kewenangan misalnya, pejabat publik, tokoh atau orang yang posisinya menjadi sorotan atau panutan masyarakat. Tentu menahan marah, dan mengendalikan emosinya agar tidak meledak, itu adalah keharusan.
Nabi bersabda
ليس الشّديد بالصّرعة انّما الشّديد الذى يملك نفسه عند الغضب....
"Bukanlah orang yang kuat,(orang yang cepat marah), tapi yang kuat adalah yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah" ( HR. Bukhori Muslim, dari Abi Huroiroh).
Jadi orang2 hebat adalah mereka yang tidak melampiaskan marahnya, walaupun bisa dan ada kesempatan, tapi menahannya, mengendalikannya. Butuh latihan dan pembiasaan itu pasti, karena kebaikan itu harus di mulai dan di biasakan. Memulai kebiasaan itu sulit, namun akan lebih sulit jika tidak pernah di mulai, begitu kata para motivator.
Memang kita tidak akan bisa menghilangkannya, karena marah adalah bagian dari sifat manusia, namun dari banyak hadis Nabi dan nasihat para Ulama dan para Guru, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa; mengendalikan marah, menahan marah itulah sifat Mulia. Lebih jauh lagi jika kita berkaca pada Uswah yang di contohkan Baginda Nabi, beliau adalah seUtamanya manusia yang tidak pernah marah, dan terpuji karena sifat Hilimnya (kelembutan hati ).
والله اعلم...
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.