Oleh: Ummu Salman
Detik-detik pembalap liar tewas terpental viral di media sosial. Dalam video beredar, terlihat para penonton berkerumun di ruas jalanan di lokasi menunggu joki di garis finish, namun naas sebelum garis finish motor tergelincir dan terseret beberapa meter ke depan. Kejadian tersebut terjadi di daerah Jakarta Barat tepatnya di Jalan Taman Aries wilayah Kembangan, Jakarta Barat (detiknews.com, 1/10/23).
Jiwa pemuda secara fitrahnya memang senantiasa mencari tantangan, harusnya menjadi power untuk merubah keadaan sampai kepada perubahan. Dari tangannya mendatangkan ide, gagasan serta pemikiran. Namun saat ini kebanyakan, pemuda melakukan aktivitas ditujukan kepada hal yang tidak bermanfaat. Satu sisi Indonesia kelimpahan demografi, namun disisi yang lain Indonesia mengahadapi generasi yang kurang produktif. Bisa dikatakan pemuda sekarang termasuk generasi rebahan, hanya terfokus dengan dunia yang melenakan.
Kenakalan remaja bukan hanya sekedar balapan liar, tapi sex bebas, bully, tauran sudah menjadi budaya mereka. Ditambah food, fashion, fun dan film ikut merajai dunianya. Munculnya kenakalan remaja semakin tidak terelakkan dengan dimudahkan mengakses internet lewat smartphone. Walaupun mereka bisa berselancar dengan teknologi canggih, tapi sayang mereka minim ilmu. Sehingga ketika bertemu permasalahan anak muda gampang depresi hingga bunuh diri.
Astaghfirullah! Kondisi ini akan semakin parah jika keadaan tidak diperbaiki. Kenakalan remaja memang tidak luput dari aturan yang dianut negeri ini. Sekularisme menjadi pangkal kerusakan generasi, karena sekularisme menapikan peran agama dalam kehidupan dan bernegara. Sekularisme membiarkan remaja untuk melakukan tindakan tanpa aturan, sehingga mereka berlaku hidup bebas. Tontonan menjadi acuan dalam bertingkah laku, bahkan tayangan pornografi, kekerasan, tindakan bullying hal suatu biasa menjadi santapan sehari-hari.
Makanya dalam Islam, orang tua memiliki peran penting dalam mencetak generasi. Dengan benteng akidah yang kuat, sehingga remaja terhindar dari perbuatan maksiat. Hal ini tercantum dalam perintah Allah Swt, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (TQS. At Tahrim: 6).
Begitupun dengan sistem pendidikan, seharusnya yang dijadikan pijakan kurikulum adalah standar akidah Islam. Sehingga menjadikan peserta didik memahami jati diri, bahwa kita seorang hamba Allah Swt yang harus tunduk terhadap aturan-Ny. Yang akan senantiasa melibatkan diri dalam segala aktivitas kehidupan adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku ( TQS.Az-Zariyat:56).
Dengan mengetahui manusia sebagai hamba Allah Swt yang harus tunduk kepada aturan. Maka seorang pelajar akan senantiasa berhati-hati dalam setiap aktivitas kehidupan. Sehingga kenakalan remaja akan terhindar, karena mereka akan merasa diawasi oleh Allah Swt.
Wallahua'lam Bishawab.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.