Oleh Novalia
Aktivis Muslimah
Kehidupan era digital memang memudahkan segala informasi untuk didapatkan. Baik yang positif maupun negatif. Tetapi dibalik itu semua, tekanan menjalani kehidupan pun tak mudah. Terutama tekanan ekonomi, yang menjadikan banyak orang terganggu kejiwaannya dan rela berperilaku apapun asalkan menghasilkan materi (baca: uang).
Begitulah menjadi seorang ibu tidaklah mudah. Dimulai dari tekanan mengurusi anak, merapihkan rumah, dan melayani suami menjadi penyebab terjadinya gangguan kejiwaan, sebab tidak adanya dukungan dari keluarga terdekat. Akibatnya banyak kejadian yang menimpa kaum ibu terjerumus dalam perbuatan terlarang.
Sebutlah kejadian yang telah dilakukan seorang ibu kepada anaknya. Dia tega mencabuli anak kandungnya sendiri, dan diperparah dengan merekamnya. Padahal anaknya masih berusia 4 tahun. Begitupula di daerah Bekasi, ibu tega mencabuli anaknya sendiri yang berusia 10 tahun. Astagfirullah, dimanakah naluri seorang ibu kala itu. Sunggu kejadian dibawah sadar sang ibu.
Sayangnya, anaknya tidak melawan karena diiming-iming uang. Artinya, sang anak merasa ditekan agar diam, dan menerima perilaku yang tak senonoh dari ibunya sendiri. Pastinya, kejadian itu akan berdampak negatif bagi perkembangan sang anak kelak setelah dewasa. Bisa menjadi anak penakut terhadap oranglain atau bahkan trauma yang tak terselesaikan.
Jiwa Ibu Terganggu
Sejatinya seorang ibu harusnya menjaga, mendidik, dan mengayomi anak-anaknya. Tak lupa memberikan kasih sayang tulus yang tak terhingga kepada anaknya, walaupun sudah beranjak dewasa, apalagi masih usia kanak-kanak. Ini akan menjadikan seorang anak menjadi pribadi yang baik, sopan kepada orang lain.
Sayang seribu sayang, semuanya hancur di zaman sekarang. Kejadian yang terus berulang, bagaikan gunung es menumpuk belum ada solusi tuntasnya. Ibu menjadi terganggu mentalnya, lalu berdampak pada pola pikirnya, akhirnya tega berperilaku diluar nalar.
Itulah aturan bebas buatan manusia, tidak mengenal halal haram, semua dilakukan selama bisa memenuhi hasrat dan perut. Aturan tersebut tak lain adalah sekularisme, yang lahir dari sistem kapitalisme. Dimana aturannya memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga urusan dunia tidak ada kaitannya dengan agama, sebab agama urusannya dengan ibadah kepada Allah.
Walhasil, naluri ibu sudah terenggut. Anak yang menjadi amanah bagi dirinya sudah ternodai secara perlahan. Tidak ada lagi rasa kasih sayang, apalagi melindungi. Anakpun menjadi tak percaya diri untuk tampil di lingkungannya, karena khawatir disingkirkan atau dikucilkan.
Maka, sudah sepatutnya menjaga naluri seorang ibu agar tetap 'waras' dalam menjalankan setiap amanah yang diembannya. Peran keluarga, lingkungan, bahkan negara sangat diperlukan, agar perilaku menyimpang tidak terjadi kembali. Tak lupa, seorang ibu pun harus terus menempa dirinya dengan ilmu agama, yang nantinya harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga, terjaga keimanannya.
Pandangan Islam
Islam hadir dengan sejuta solusi yang sempurna dan paripurna. Dengan konsep jawazir dan jawabir, akan selalu menjaga manusia dari tindakan kemaksiatan. Maka, Islam memberikan landasan takwa menjadi satu-satunya yang harus dijaga oleh seseorang. Agar selalu ingat dalam berbuat harus berdasarkan hukum Allah, bukan hukum buatan manusia.
Selain itu, Islam pun memberikan tanggung jawab pada seorang ibu untuk menjaga kehamilan, menyusui, mengasuh, dan mendidik anak, serta mengatur rumah suaminya. Islam juga memberikan aturan khusus bagi perempuan untuk mengemban tanggung jawab kepemimpinan dalam rumah tangga suaminya, sekaligus pemimpin bagi anak-anaknya.
Nabi saw. bersabda sebagaimana penuturan Ibnu ’Umar, “Setiap kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya…, seorang perempuan adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR Bukhari-Muslim).
Dalam Islam, seorang perempuan bekerja adalah pilihan bukan tuntutan keadaan. Sebab yang menjamin kebutuhan pokoknya adalah suami, atau ayah, atau kerabat laki-laki (apabila tidak ada suami atau ayah). Jika mereka semua ada, tetapi tidak mampu, maka akan dijamin langsung oleh negara. Mengapa demikian? Karena Islam memiliki sistem ekonomi yang baik dan terstruktur.
Maka, tak ada seorang ibu yang tega berbuat asusila kepada anaknya. Karena dia sadar betapa berharganya seorang anak yang merupakan amanah dari Sang Pencipta. Ditambah akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya kelak di akhirat.
Wallahu'alam bishawab
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.