suarakuningan.com - Pasca wilayah pesisir Jawa Barat mendapat pencerahan Islam, wilayah pedalaman Priangan yang kemudian tercatat mendapatkan cahaya syiar Islam adalah daerah yang disebut sebagai Luragung. Kanjeng Sinuhun Jati pergi ke daerah itu, kala mengawali syiarnya ke wilayah Tatar Sunda.
Setidaknya itu adalah tempat yang disebutkan di dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari yang konon digubah oleh Pangeran Arya Cirebon tahun 1720. Dengan kata lain, Luragung dapat dikatakan sebagai salah satu daerah pedalaman Pasundan yang pertama kali menerima Islam dengan tangan terbuka.
Meski demikian, kisah perkembangan Islam di Luragung tidak seperti daerah lain yang termaktub dalam banyak sumber tertulis, karena kisah tentang Islam di Luragung begitu minim. Kalaupun ada, teks-teks yang ada hanya menyebutkannya secara sekilas dan tidak pernah benar-benar tuntas.
Hal itu kemudian membuat perkembangan Islam pasca Sunan Jati seolah tidak jelas dan bahkan seolah tidak berbekas. Untungnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah Desa Luragunglandeuh memiliki perhatian terhadap sejarah daerah mereka dan mencoba secara serius menelusurinya.
Bersumber pada sebuah naskah kuno yang berasal dari daerah ini, diketahui bahwa Luragung tidak hanya memiliki rekam jejak sejarah yang panjang, namun juga memiliki catatan bidang keagamaan yang begitu mengagumkan. Pasalnya, banyak ajaran-ajaran bernafaskan Islam yang termaktub di dalamnnya. Manuskrip yang dimaksud, disebut sebagai Babad Luragung.
“Sebenarnya naskah itu tidak secara eksplisit bernama Babad Luragung, namun karena isinya sebagian besar tentang Luragung, maka tim peneliti sejarah menyebutkannya begitu,” ujar Uce Purnama, Sekretaris Desa Luragunglandeuh.
satu nisan makam tokoh lama Luragung |
Naskah Babad Luragung berisi banyak bagian yang di antaranya membicarakan tentang sejarah, silsilah, primbon, dan ilmu keagamaan Islam. Teks-teks yang ada di dalamnya, merupakan tulisan leluhur Luragung yang didapatkan dari keluarga M. Arifin, mendiang sekretaris Desa Luragunglandeuh yang telah banyak memberi sumbangsih kepada desa.
Kepala Desa Luragunglandeuh, Andi Ruspandi, mengungkapkan, “kami berhasil mendapatkan file digital keseluruhan naskah tersebut namun sayangnya manuskrip aslinya tidak ditemukan. Naskah itu sekarang sedang dalam penelitian.”
Walaupun kegiatan dakwah Islam di sana tampak berjalan secara stagnan, Luragung tetap memiliki tokoh-tokoh Islam yang memiliki posisi strategis dalam sejarah. Selain itu, ada pula teks-teks keagamaan yang berasal dari Luragung yang kemudian dijadikan sebagai pedoman untuk mengamalkan ajaran Islam.
“Perihal nama-nama ulama Islam dari Luragung, kita bisa menyebut nama Zainal Arif yang menjadi khatib pada masa pra-kemerdekaan. Di samping itu, karya penyiar Islam Luragung juga terbukti menjadi pedoman keagamaan yang penting bagi seorang kiai besar seperti halnya Kiai Hasan Maolani,” ujar Dr. Tendi, peneliti sejarah Luragunglandeuh.
Sehubungan dengan hal ini, Kiai Hasan Maolani pada hari Selasa tanggal 3 Syawal tahun Éhé hijriyah, menulis surat kepada anaknya yang berbunyi: “Isun awèh weruh maring anak-anak isun sekabèh isun maksih urip supaya isun wis dadi asfala sāfilīn ora kuat apa-apa kari mangan, nginum, tur juga isun saiki angiringaken primbon kang gawa pun (…) saking Luragung.” (Aku beritahukan kepada anak-anakku semua bahwa Aku masih hidup dan telah menjadi orang yang sangat lemah tidak kuat melakukan apapun hanya bisa makan dan minum. Aku juga saat ini mengamalkan primbon yang dibawa oleh … dari Luragung).
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.