Oleh Mardiyah Pendidik di Sekolah Anak Tangguh/ SAT Pesantren Al-Mustanir Kuningan
Bagimu agamamu bagiku agamaku. Demikianlah hakekat toleransi yang difahami umat Islam. Cukuplah saling menghargai, membiarkan pemeluk agama menjalankan agamanya masing-masing.
Pengertian Intoleransi Tendensius
Istilah intoleransi terus terusan 'digoreng' dibolak balik terus disajikan bak hidangan yang lezat di negeri ini. Sehingga terkesan negeri dengan penduduk mayoritas muslim ini sedang terancam oleh penyakit intoleransi.
Seperti yang disampaikan Siti Kholisoh, pelaksana harian (plh) Direktur Eksekutif Wahid Foundation saat menanggapi kasus penolakan pendirian sekolah kristen Gamaliel di kota Parepare Sulawesi Selatan oleh sekelompok orang. Menurut Siti Kholisoh hal itu mencederai semangat toleransi yang terkandung dalam semboyan bhinneka tunggal ika (beritasatu.com 29/9/2024).
Istilah intoleran ini hanya disematkan pada umat Islam. Tidak untuk agama yang lain.
Sementara di waktu lain perilaku intoleran yang nyata-nyata menghalangi umat Islam melaksanakan ajaran agamanya, para pelakunya tidak disebut intoleran.
Contoh Kasus Intoleransi
Contohnya adalah pelarangan kerudung pada anggota paskibra di IKN saat peringatan hari kemerdekaan misalnya. Pengrusakan masjid di Mimika Papua. Kedua peristiwa tersebut tidak disebut sebagai kasus intoleransi.
Atau anak anak SMA yang ingin mendalami ajaran Islam di kelompok rohis ditengarai sebagai cikal bakal teroris. Atau bibit-bibit radikal sementara anak-anak yang pacaran, bahkan bergaul bebas dianggap wajar.
Penyebab Perbedaan Pengertian Intoleransi Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial
Toleransi berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerare yang artinya menahan diri, bersabar, membiarkan orang berbeda pendapat, dan berlapang dada terhadap orang-orang yang memiliki pendapat yang berbeda.
Perbedaan pengertian toleransi inilah yang membawa masalah. Dan sumber masalahnya yaitu pengertian toleransi yang mengacu kepada definisi global. Meliputi kesetaraan gender dan inklusi sosial menjadi poin standar toleransi yang tidak kalah menonjol di sistem sekuler ini. Selain itu ada point keberagaman, agama dan budaya.
Isu kesetaraan juga masif diserukan oleh penggagasnya. Bahwa peran pria dan wanita adalah setara dalam segala hal. Jika ada yang tidak menerima ide ini, maka label intoleran akan ditujukan padanya.
Demikian juga dengan inklusi sosial
yang terdiri dari enam kelompok yang dianggap terpinggirkan. Yaitu: korban diskriminasi, intoleransi, kekerasan berbasis agama; korban pelanggaran HAM berat; waria; masyarakat adat dan lokal terpencil yang tergantung pada sumber daya alam; disabilitas; dan anak remaja rentan. (Muslimahnews.net)
Solusi Islam
Padahal dalam Islam jelas ada definisi sendiri yaitu saling menghargai antar pemeluk agama. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Daulah Islam sudah mempraktekannya sejak berdiri, dan dilanjutkan pada era Khulafaur Rasyidin kemudian dilanjutkan kekhilafahan berikutnya.
Persoalan intoleransi ini terjadi karena negara tidak hadir sebagai pelindung (raa'in) rakyatnya. Anehnya lagi di Indonesia pengertian toleransi berkembang terlalu bebas.
Dikatakan toleransi kalau umat Islam mengucapkan selamat atas perayaan agama lain; Penjagaan terhadap tempat ibadah agama lain; Membaca sholawat di gereja; Doa bersama dengan pemeluk agama lain. Sebaliknya jika tidak melakukan itu label intoleransi pasti disematkan.
Negara yang menerapkan sekularisme justru membebaskan rakyat memeluk agama apapun, membiarkan generasi terpapar LGBT, mengaruskan moderasi beragama, membiarkan pemurtadan. Apalagi negara mengambil toleransi dengan definisi global.
Hasil dari sistem pendidikan sekuler juga tidak menghasilkan anak- anak yang berkepribadian Islami. Faktanya anak remaja kita banyak yang terlibat narkoba, pelaku bullying, gaul bebas bahkan pembunuhan.
Oleh sebab itu ada organisasi, sekolah juga individu muslim yang taat justru dituduh radikal. Padahal negara juga bersikap intoleran terhadap umat Islam. Inilah kehidupan yang ironis di negeri berpenduduk mayoritas muslim yang menerapkan sistem demokrasi kapitalis sekuler.
Islam memiliki definisi toleransi yang jelas sesuai tuntunan Allah dan RasulNya. dan inilah yang harus diamalkan.
Allah berfirman : "Untuk kamu agama kamu dan untuk aku agama aku." (QS Alkafirun 6)
Ketiadaan negara yang menerapkan syariat Islam yang akan berperan sebagai pelindung rakyat/junnah yang menjadikan umat islam menjadi sasaran musuh-musuh Islam.
Sayangnya umat Islam juga banyak yang tidak memahami tuntunan Islam ini. Kebanyakan umat Islam masih sekuler, ada umat Islam yang rajin salat, shaum, zakat, tapi ikut mengucapkan selamat natal atau
tetap mengambil pinjaman ribawi.
Kebanyakan umat Islam memiliki kepribadian yang tidak Islami dan tidak paham terhadap ajaran agamanya. Bahkan tidak mengerti perintah dan larangan Allah.
Oleh karena itu kebutuhan mendesak umat Islam saat ini adalah menyadarkan umat akan kebutuhan tegaknya Khilafah sebagai junnah. Umat Islam harus faham bahwa ketika kita mengambil Islam sebagai agama, kita juga dituntut untuk berislam kafah.
Artinya semua ajaran Islam harus dilaksanakan seluruhnya/kafah. Dan yang mampu melaksanakan Islam kafah ini yaitu negara yang berideologi Islam atau Khilafah.
Untuk memahamkan umat pengertian yang benar tentang toleransi dan pentingnya khilafah dibutuhkan adanya kelompok dakwah ideologis yang akan terus menerus mengawal umat dan berjuang bersama menegakkan khilafah Islamiyyah.
Wallahualam bissawab.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.